Hadirnya wacana politik identitas menyebabkan munculnya isu-isu sensitif yang tidak bisa dikendalikan. Perdebatan dan persaingan politik pada pemilu mendatang berkembang jauh dan ditunggangi oleh berbagai pihak dengan berbabagi agenda dan kepentingan politik masing-masing.
Isu-isu mengenai eksistensi NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia), falsafah negara Pancasila, dasar negara UUD 1945, dan Bhineka Tunggal Ika.
Menjadi perdebatan yang liar dan melibatkan saling klaim satu pihak untuk menjatuhkan pihak lainnya”. Terang Warsun, kepada Redaksi Infonawacita.or.id, rabu (11/23), di Jakarta;
Tambah Warsun, Harus diakui bahwa tidak mudah menghilangkan sama sekali gerakan politik aliran di Indonesia, karena kontur demografi Indonesia yang memang secara tradisional terbagi ke dalam aliran-aliran primordial dan agama itu.
Tetapi, pengelolaan politik aliran yang sangat pragmatis dan cenderung mengorbankan pilar-pilar kebangsaan yang sudah menjadi konsensus nasional, adalah tindakan politik yang membahayakan eksistensi bangsa.
”Kita semua tentunya mengharapkan Pemilu 2024 mendatang sebagai momentum yang dapat membawa bangsa ini pada kematangan berdemokrasi. ” Sebuah praktik sirkulasi kepemimpinan nasional yang dapat menjadi contoh bagi daerah-daerah dalam momentum pilkada 2024″ Tegas aktivis Relawan Barisan Jokowi ini.
Praktik berdemokrasi yang sehat dan terbuka harus di kedepankan, karena tugas kita bersama guna menjaga dan merawat Indonesia.
“Sehingga siapapun figur yang nantinya akan mempimpin Indonesia kedepan, mampu menjadi perekat dan pemersatu bagi seluruh lapisan/elemen masyarakat Indonesia”. Tuturnya.
Sehinggak tercipta suasana Kamtibmas di wilayah hukum Polda Metro Jaya yang aman dan tentram.(**)