INDRAMAYU,- Ketua DPD Partai Golkar Provinsi Jawa Barat, Tubagus Ace Hasan Syadzily, mendorong agar pesantren bisa dan mampu menjadi pusat pembangunan ekonomi. Sehingga santri tidak saja diajarkan ilmu agama tetapi juga diberi pengetahuan dan berbagai keterampilan berwirausaha.
“Alhamdulilah santri di Pesantren Progresif RPK Ulfiah ini telah berhasil membuat kerajinan dalam bentuk sepatu. Sehingga pesantren ini mampu menjadi contoh dalam membangun kemandirian ekonomi bagi para santrinya,” kata Tubagus Ace Hasan Syadzily atau biasa disapa Kang Ace saat bersilaturahmi dengan Imam Tajug dan Guru Ngaji di Ponpes Progresif RPK Ulfiyah Kabupaten Indramayu, Jumat malam (14/4/2023).
Menurut Kang Ace, kehadiran pesantren yang mampu membangun kemandirian bagi para santrinya seperti dicontohkan oleh Ponpes Progresif RPK Ulfiah adalah sesuatu yang sangat positif.
Hal ini sejalan dengan tiga fungsi pesantren yakni sebagai lembaga pendidikan, lembaga dakwah dan lembaga pemberdayaan ekonomi.
Kehadiran Kang Ace didampingi Istri Tercinta
Kang Ace hadir ke pesantren yang diasuh KH. Miftahul Fatah itu didampingi isteri tercinta yang juga Ketua Ikatan Isteri Partai Golkar (IIPG) DPD Jabar,
Hj. Rita Fitria Ace Hasan Syadzily, Ketua Harian DPD Partai Golkar Provinsi Jawa Barat, Daniel Muttaqien dan Ketua DPD Partai Golkar yang juga Ketua DPRD Kabupaten Indramayu, Syaefudin.
Wakil Ketua Komisi VIII DPRRI itu menyebutkan pihaknya terus mendorong hadirnya beberapa prinsip, dalam kekuatan ajaran pesantren berbasis Ahlussunnah Wal Jamaah (Aswaja).
yang penting bagi pembangunan bangsa dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yakni sikap tawazun (seimbang), tawassuth (jalan tengah), tasamuh (toleran) dan i’tidal (adil).
“Sehingga Islam yang ditampilkan bukan Islam yang marah tetapi Islam yang ramah,” sambung Kang Ace.
Disamping merespon dan memberikan apresiasi terkait pemberdayaan ekonomi yang sudah terbukti dan terwujud di Ponpes Progresif RPK Ulfiah.
Kang Ace, Pentingnya Berpolitik Dalam Rangka Menjaga Agama
Kang Ace, juga mengingatkan pentingnya berpolitik dalam rangka menjaga agama dengan prinsip-prinsip Ahlussunah Waljamaah.
“Saya ingin mengatakan politik itu penting bahkan sangat penting. Hal itu telah ditunjukkan oleh pendahulu kita untuk terjun ke politik dengan landasan untuk menjaga agama dan membangun kemaslahatan,” tutur Kang Ace.
Kang Ace menjelaskan, politik itu hadir dalam rangka memenuhi tuntutan dan kepentingan manusia serta merespon berbagai dinamika kehidupan,
sehingga setiap pengambilan keputusan harus memenuhi kriteria kepentingan umum (maslahah ‘ammah) yang dibenarkan dan selaras dengan nilai-nilai agama.
“Ajaran agama kita telah menyaratkan pentingnya sebuah imarah atau kepemimpinan politik yang mengatur urusan duniawi dan menjaga agama (hirasatud din wa siyasatud dunya),” sambungnya.
Kalau dunia politik itu tidak diisi oleh mereka yang ‘li islahil ‘ammah’, kata Kang Ace maka akan timbul kerusakan. Karena itu prinsip
Tashorruf al-Imam ala ar-Ra’iyah manuthun bi al-Maslahah” yakni kebijakan pemerintah atas rakyat yang didasarkan pada prinsip kemaslahatan ini telah menjadi jalan politik Partai Golkar selama ini.
“Kita berpolitik itu hendaknya bukan karena aspek agama tertentu. Muslim non muslim, suku atau apa saja tapi harus didasarkan atas manuthun bi al-maslahah (prinsip-prinsip kemaslahatan),” papar Kang Ace.
Ia menegaskan, niat berpolitik itu harus ‘li islahil ammah’. Sebab Indonesia dibangun atas dasar prinsip kesepakatan dalam rangka membangun kesejahteraan bersama tanpa memandang suku agama dan golongan apapun.
“Negara kita itu kuat karena kesepakatan atau istilah Wakil Presiden (Wapres) K.H. Ma’ruf Amin sebagai Darul Mitsaq (negara kesepakatan) yang dilakukan para pendiri bangsa (founding fathers) yang di antaranya adalah ulama dan tokoh Islam,” sebut Kang Ace.
Indonesia lebih dari sekadar negara islam
Secara substansi Indonesia sudah lebih dari sekadar negara Islam. Di Indonesia rakyatnya betul-betul diberikan kebebasan dalam menjalankan agama. Termasuk dalam penyusunan regulasi berlandaskan pada nilai-nilai dan ajaran Islam.
“Seperti lahirnya UU tentang Kompilasi Hukum Islam, UU tentang Zakat, Bank Syariah, UU Pondok Pesantren dan lain-lain,menandakan bahwa Agama bagi kita begitu berpengaruh kepada kepentingan publik,” tegasnya.
Terpisah Pengasuh Pesantren Progresif RPK Ulfiyah Segeran Kidul Kecamatan Juntinyuat Kabupaten Indramayu, KH. Miftahul Falah, menjelaskan pesantrennya berbeda dengan pondok pesantren yang lain.
Salah satu perbedaan itu, kata dia, di pesantrennya dibekali visi sebagai pesantren Aswaja dan Intrpreneur.
“Pesantren kita bukan hanya melakukan kajian kitab fikih dan alquran. Tetapi juga diisi dengan kegiatan diskusi serta pelatihan kewirausahaan,” katanya.***