Harga Pasar Global Stabil, Getah Pinus Jadi Andalan Pendapatan Perhutani Ditengah Pandemi

Spread the love

Bandung – Getah pinus menjadi komoditi ampuh yang masih menjadi andalan Perhutani ditengah terdampaknya ekonomi akibat pandemi covid 19.

Demikian disampaikan Kepala Perhutani Divisi Regional Jabar-Banten Amas Wijaya melalui siaran persnya, di Bandung, Senin (21/6/2021).

Disebutkan dia, kendati dalam masa pandemi kebutuhan dan harga getah pinus dipasar dunia masih stabil.

Sementara pendapatan lain dari sektor wisata yang selama ini berkontribusi signifikan terhadap pendapatan Perhutani mengalami penurunan drastis.

” Selama dua tahun jalan masa pandemi, sektor wisata mengalami kendala, ” ujarnya.

Dikatakan Amas jauh sebelum masa pandemi covid 19, Perhutani memperkuat orientasi bisnis di sektor non kayu. Diantaranya getah pinus, minyak kayu putih, wisata, getah damar serta kopi.

Getah pinus sebagai bahan dasar gondorukem dan terpentin, sambung Amas terus ditungkatkan produksinya. Tahun lalu produksi getah pinus Perhutani Jabar -Banten diangka 16 ribu ton. Tahun ini ditargetkan 18 ribu ton.

” Untuk peningkatan produksi kita lakukan intensifikasi dan metode proses getah agar tidak banyak kotoran hingga rendemennya tinggi,” unkapnya.

Saat ini ekport Gondorukem dadi Perhutani, 50 persen volumenya disupali dari Perhutani Jawa Barat-Banten.

Hal senada juga disampaikan Wakil Administratur Perhutani KPH Bandung Utara Diki HM

Sebagai pengelola pabrik getah pinus Sindang Wangi, Peehutani KPH Bandung Utara melakukan pengetatan dalam hal penerimaan getah dari seluruh Perhutani wilayah Jawa Barat Banten.

” Kita lebih selektif melalui uji lab getah yang diterima hanya mutu 2 B saja dengan kualitas rendemen diatas 87 persen, ” sebut Diki.

Lebih jauh Diki menjelaskan untuk getah dibangun budaya baru dari mulai kualitas, persediaan hingga distribusi.

Sekarang dibangun budara baru dari kualitas , persediaan, jadwal angkutan,
Jadi tidak ada persediaan yang menumpuk, ” tandasnya.

Sementara itu menurut Amas, kegiatan kehutanan non kayu menyerap tenaga kerja mencapai jutaan orang.

Ada 1500 Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) diwilayah Perhutani Jabar-Banten yang melakukan budi daya tanaman kopi. Rata-rata anggotanya LMDH sekitar 500 sampai 1000 orang. Ditambah 3600 karyawan Perhutani serta 2000 orang penyadap getah.

” Sebagai unit bisnis BUMN kita tetap menjadi agen pembangunan ditengah pandemi,” pungkasnya. (sas)