Hama Wereng Meluas di Karangtengah Cianjur, GERTASI Soroti Peran Penyuluh dan Edukasi Petani

Spread the love

CIANJUR – Serangan hama wereng di Kecamatan Karangtengah, Kabupaten Cianjur, semakin meluas. Tak hanya di satu dua titik, melainkan kini terdeteksi di enam desa lainnya. Gerakan Tani Syarikat Islam (GERTASI) Kabupaten Cianjur menyoroti masalah ini bukan hanya sekadar faktor cuaca ekstrem, melainkan juga disebabkan oleh kurangnya edukasi dan pemahaman petani mengenai pola tanam yang tepat, serta peran penyuluh pertanian di lapangan.

Ketua GERTASI Cianjur, Muhammad Toha, menjelaskan bahwa informasi mengenai perluasan area terdampak wereng ini didapatkan langsung dari pengurus GERTASI di lapangan dan para petani.

“Informasi ini kami dapatkan dari petani, pengurus GERTASI di lapangan. Hama wereng bukan hanya di lahan dia, tetapi ada di persawahan di beberapa desa yang lain juga, kurang lebih ada enam desa yang terdeteksi,” ungkap Toha kepada wartawan pada Rabu (11/6/2025).

Menurut Toha, setelah ditelusuri lebih lanjut, serangan hama wereng yang kian masif ini bisa jadi merupakan akumulasi dari beberapa faktor. “Ini bisa jadi karena faktor cuaca, perubahan iklim, suhu,” jelasnya.

Namun, ia menambahkan bahwa ada faktor lain yang tak kalah penting, yaitu kurangnya wawasan dan edukasi petani tentang pola tanam, pemahaman pertanian, serta pengolahan padi yang baik. GERTASI mendesak adanya evaluasi terhadap peran para penyuluh di lapangan dalam memberikan pemahaman dan edukasi pertanian kepada para petani. Toha menyoroti.

“Di sini perlu ada kroscek tentang bagaimana peran para penyuluh di lapangan di dalam memberikan edukasi pemahaman-pemahaman pertanian terhadap para petani.” kata Toha, Ia berharap, peran penyuluhan dapat lebih optimal dalam memberikan wawasan edukasi tentang bagaimana memelihara padi secara tepat.

Penggunaan Amistartop Untuk Antisipasi Wereng.!

Salah satu contoh ketidaktepatan yang ditemukan di lapangan adalah penggunaan Amistartop untuk antisipasi wereng yang merupakan fungisida bukan insektisida pengendali wereng, analoginya sakit perut minum obat sakit kepala, ya tidak sembuh.

“Karena tadi informasi juga sepertinya tidak tepat di dalam memberikan amistartop yang merupakan fungisida untuk pengendali wereng bukan insektisida pengendali wereng. Seharusnya tidak diberi itu malah diberi, ini kan faktornya pemahaman,” tegas Toha.

Selain itu, pemilihan varietas padi juga menjadi perhatian. GERTASI menyarankan agar petani mulai membiasakan menanam varietas padi yang tidak mudah terkena hama wereng.

“Varietas yang ditanam nampaknya perlu menanam, membiasakan varietas yang tidak mudah terkena hama wereng. Tentu ini memberikan edukasi juga pemahaman terhadap para petani,” imbuh Toha.

Muhammad Toha tidak menampik bahwa masalah kurangnya edukasi ini juga berkaitan dengan keterbatasan sumber daya manusia (SDM) penyuluh pertanian di Cianjur.

“Nampaknya di Cianjur juga penyuluh pertanian ini jadi kurang, SDM para penyuluh semakin berkurang. Dan ini juga berdampak terhadap bagaimana memberikan layanan terhadap para petani yang jumlahnya banyak dengan penyuluh yang sedikit,” keluhnya.

Gertasi Siap Hadir Membantu Masyarakat.!

Dalam situasi seperti ini, GERTASI menekankan bahwa tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah atau penyuluh ASN. Organisasi swadaya masyarakat seperti GERTASI siap hadir untuk membantu mengisi kekosongan tersebut.

“Di sini kita tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah, hanya mengandalkan penyuluh ASN. Penyuluh swakarsa juga kita bisa hadirkan, salah satunya dengan organisasi-organisasi tadi, dan kami siap membantu kepada para petani memberikan edukasi-edukasi tersebut,” pungkas Toha.

GERTASI berharap, permasalahan ini menjadi bahan evaluasi serius bagi Dinas Pertanian serta menjadi motivasi bagi organisasi kemasyarakatan yang bergerak di bidang pertanian untuk bersama-sama menggerakkan penyuluhan dan edukasi demi kesejahteraan petani di Cianjur. (dkh/rik)