Kendati mengalami penurunan kegiatan pengelolaan hutan di wilayah Perhutani masih menjadi benteng ekonomi bagi masyarakat sekitar hutan.
Seperti yang terjadi di wilayah Perhutani KPH Bandung Utara misalnya. Berbagai kegiatan kelola hutan masih menjadi ceruk rupiah dimasa pandemi covid 19.
Administratur Perhutani KPH Bandung Utara Komarudin mengatakan wisata masih menjadi bantalan ekonomi yang bagi masyarakat.
” Ada multiflier efek dari kegiatan wisata, ” ujar penghobi olah raga offroad ini, di Bandung, Senin (5/10/2020).
Dari kegiatan wisata masyarakat yang tergabung dalam Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) mendapat penghasilan dari parkiran, toilet, gerai makanan, ojeg dan pemanduan.
Pada masa pandemi covid 19, wisata sempat ditutup. Tapi kini sudah beroperasional kembali.
Dampaknya pendapatan Perhutani KPH Bandung Utara dari wisata menurun drastis. Dari target 24 miliar rupiah tahun ini, hingga September realisasinya mencapai 7 miliar rupiah.
Berdasarkan kajian Perhutani KPH Bandung Utara meski ada penurunan pendapatan, masyarakat tetap mendapat penghasilan yang tidak sedikit.
” 7 miliar itu dari tiket masuk. Biasanya dari kajian kami masyarakat mendapat 2 sampai 3 kali lipatnya. Pengunjung yang datang biasanya ke toilet, makan atau parkir itu masuk ke masyarakat,” bebernya.
Diwilayah Perhutani KPH Bandung Utara terdapat 57 LMDH. Sedangkan jumlah pekerja yang terserap sekitar 2.500 orang.
Disamping wisata, pundi-pundi rupiah LMDH juga didapat dari kegiatan budi daya kopi, rumput ternak, sadapat getah pinus dan tanaman.
Yayat Hidayat pengurus LMDH Palintang Jaya mengakui adanya penurunan ekonomi dari kelola budidaya kopi.
” Kita bertahan dengan produksi kopi. Emang turun sampai 50 persen,” ungkapnya.
Harga kopi gabah sebut Yayat sebelum pandemi covid 19 mencapai 25 ribu. Saat ini hanya 15 ribu per kilogramnya. Tapi kegiatan ekonomi masih berjalan.
“Kita bertahan dengan produksi kopi, yang penting biar turun masih ada kegiatan ekonomi,” pungkasnya.(sas)