CIANJUR – Sunda Camp & Padepokan Pancar Rasa bekerja sama dengan Dinas Pariwisata Cianjur,mendampingi Bule Eropa Promosikan Cianjur dan Maenpo di Alun-alun,dengan didampingi oleh Hadi Sutrisno selalu Tenaga Ahli Pariwisata, membawa rombongan wisatawan mancanegara dari lima negara Eropa mengunjungi Alun-alun Cianjur.
Kegiatan ini sekaligus menjadi ajang promosi pariwisata Kabupaten Cianjur, yang bertepatan dengan rangkaian acara Semiloka Maenpo tahun 2025 yang dibuka oleh Asda II Kab.Cianjur Bapak Budi Rahayu Toyib dan Kepala Dinas Kebudayaan & Pariwisata Bapak Asep Suparman.
Kunjungan ini juga diikuti oleh para pesilat dari luar negeri yang tengah mempelajari seni bela diri khas Cianjur, Maenpo.Hadi Sutrisno dan Bu Susan sebagai Kabid Kebudayaan menyampaikan rasa syukur atas kelancaran kegiatan tersebut.
Dalam keterangannya, menjelaskan bahwa Maenpo Cianjur merupakan aliran seni bela diri pencak silat yang menjadi pilar budaya khas Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
Pernyataan ini disampaikan usai mendampingi para wisatawan dan pesilat asing tersebut, yang juga merupakan bagian dari kegiatan Semiloka Maenpo 2025 di Hotel Bydiel Cianjur pada Sabtu (17/5/2025). Pimpinan dari Abah Deden dan Apih Yayan.
Hadi menuturkan bahwa Maenpo Cianjur memiliki keunikan gerakan yang berbeda dengan aliran pencak silat lainnya.
Ciri khas utamanya terletak pada Gerak, Usik, dan Rasa dalam membaca gerak lawan, terutama saat terjadi kontak fisik.
Gerakan Yang Unik Dan Penekan Kepada Rasa.!
Aliran seni bela diri ini diciptakan oleh tokoh legendaris Cianjur, Raden Jayaperbata, yang lebih dikenal dengan nama H. Ibrahim.
“Maenpo Cianjur bukan hanya sekadar seni bela diri, tetapi juga representasi dari kearifan lokal dan identitas budaya kita. Gerakannya yang unik dengan penekanan pada rasa menjadikannya istimewa,” kata Hadi Sutrisno.
Lebih lanjut, Hadi menjelaskan bahwa Maenpo dikenal dengan dua elemen penting, yaitu ilmu Liliwatan (penghindaran) dan Peupeuhan (pukulan).
Namun, filosofi yang mendasarinya adalah upaya mengalahkan lawan tanpa harus menyakiti, menjadikannya sebagai jalur silaturahmi, bukan permusuhan.
Hadi juga menyoroti Maenpo Cikalong sebagai salah satu aliran yang gigih melestarikan nilai-nilai luhur Maenpo.
Gerakannya yang lembut dan terkadang nyaris tak terlihat menjadi ciri khasnya, serta dikenal sebagai seni bela diri kearifan lokal Cianjur yang esensinya terletak pada “gerak, usik, dan rasa”.
Tiga Pilar Budaya Cianjur.!
Tema ‘Melestarikan Maenpo untuk menjaga jatidiri Cianjur’ yang diusung dalam acara Semiloka Maenpo ini sangatlah relevan.
Hadi berharap, melalui kegiatan ini dan promosi di Alun-alun, Maenpo Cianjur dapat semakin dikenal dan dihargai oleh generasi muda serta dunia internasional sebagai bagian tak terpisahkan dari identitas 3 pilar budaya Cianjur, yaitu NGAOS, MAMAOS, dan MAENPO yang merupakan program dari Bupati dan Wabup Cianjur” pungkas Hadi.
Kunjungan ke Alun-alun Cianjur ini menjadi salah satu upaya konkret Bupati/Wabup Cianjur dalam mempromosikan potensi pariwisata budaya Kabupaten Cianjur, dengan Maenpo sebagai daya tarik utama bagi wisatawan mancanegara yang hadir dalam Semiloka Maenpo tahun 2025 ini. (Rls/Dkh/Rik)